ad

Apendiksitis

Menurut Purnaman, dkk. (1992) mengemukakan bahwa apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendik atau umbai cacing Sabiston (1992) berpendapat bahwa apendisitis adalah suatu penyakit prototipe yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi, dan iskhemia didalam rangka waktu penyakit dalam perjalanan waktu penyakit. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendisitis atau umbai cacing yang disebabkan obstruksi dan infeksi yang berlangsung dalam tahapan yang bervariasi dalam gejala yang berbeda. Tanda dan gejala. Menurut Gibson J. (1992) tanda dan gejala yang sering timbul pada pasien apendisitis meliputi rasa sakit didaerah epigastrium, daerah periumbilikus atau daerah mc -Burney (daerah sepertiga jarak antara pusat dan spina iliaka anterior superior kanan). Terlihat pasien tampak sakit dan menghindari pergerakan di perut yang nyeri, adanya nyeri tekan pada tempat yang sakit, mual dan muntah serta suhu badan dan denyut nadi meningkat. Patofisiogi. Sabiston (1992) mengemukakan bahwa proses peradangan dapat disebabkan atau dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : (1).Adanya isi lumen. (2).Derajat sumbatan yang terus menerus, (3).Sekresi mulut yang terus menerus. (4).Sifat yang inelaktis atau tidak lentur dari mukosa apendiks. Soelarto Reksoprodjo, dkk (1995) berpendapat dasar terjadinya apendisitis mula – mula disebabkan sumbatan dan obstruksi apendiks, menyebabkan mukus yang diproduksi secara terus – menerus sehingga semakin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menumpuk, dalam lumen meningkat, dan selanjutnya dengan invasi dari bakteri yang virulen akan menyebabkan mukus menjadi pus, adanya sekresi mukosa yang terus menerus dan sifat tidak elatisnya, atau in elastis dari jaringan serosa menyebabkan tekanan dalam lumen makin meninggi, sehingga tekanan yang tinggi ini mengganggu aliran knife mengakibatkan edema pada apendisitis yang tersebut fase fokal apendisitif akut. Keluhan timbul biasanya sakit viseral hal ini karena persyaratan apendiks sama dengan usus yaitu nurvus torakalis x, persyaratan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesentrika superior dan arteri apendikularis sedangkan simpatis berasal dari nervus torakalis x . (Syamsuhidajat, 1996 ; 866). Biasanya fase ini disertai rasa mual dan muntah. Tingkat selanjutnya akibat peningkatan tekanan lumen. Akibat sekresi yang terus menerus mengakibatkan terganggunya aliran linfe menimbulkan gangguan yaitu penyumbatan vena sehingga terjadinya trombosit dan iskhemia fase ini disebut apendisitis superatif akut. Setelah mukosa tervena, menyusul serosa juga terinvasi mengakibatkan iritasi, akan merangsangg peritoniumm pariental sehingga pasien mengalami perpindahan nyeri somatis yang khas untuk apendisitis yaitu nyeri di perut kanan bawah dititik MC. Burney. Nyeri somatis yang terlokalisasi merupakan suatu ancaman bila tidak dilakukan pengobatan, arteri bisa terjadi nevrosis, dan bila nevrosis disertai pembentukan nanah yang berlebihan dan kemudian diikuuti terjadinya gangguan yangg disebut fase apendisitis ganggrenosa. Pada fase ini dapat timbul komplikasi dimana dinding apendiks menjadi rapuh dan pecah sehigga terjadi perforasi, dan bila tidak diketemukan timbul masa lokal tersebut berisi nanah disebut apendisitis abses dan apabila gejala hilang timbul dikemudian hari akan berakibat terjadinya apendisitis kronik.

1 comments:

Anonim mengatakan...

ASKEP APENDIKSITIS
Label: Perkuliahan
A. PENGERTIAN
Appendiksitis adalah merupakan peradangan pada appendik periformil. yaitu saluran kecil yang mempunyai diameter sebesar pensil dengan panjang 2-6 inci. Lokasi appendik pada daerah illiaka kanan,dibawah katup illiocaecal,tepatnya pada dinding abdomen dibawah titik Mc burney.

B. B.ETIOLOGI
Appendiksitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma.Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan.Namun elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intra lumen.Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang akan menyebabkan edema dan ulserasi mukosa.Pada saat inilah terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.
1. Ulserasi pada mukosa.
2. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras)
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam penyakit cacing.
5. Tumor.
6. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.

C. TANDA DAN GEJALA
? Anoreksia biasanya tanda pertama
? Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian
menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal).
? Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.
? postekal/nyeri terbuka ? diare.
? Muntah, demam ? derajat rendah, kecuali ada perforasi.
? Lekositosis ? bervariasi, tidak mempengaruhi diagnosa/penatalaksanaan

D. DIAGNOSA BANDING
? Adenisitis Mensentrik.
? Kista ovari
? Koletiasis
? Batu ginjal/uretra.
? Diverkulitis

E. KOMPLIKASI
? Perforasi dengan pembentukan abses
? Peritonitis generalisata
? Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

F. PENATALAKSANAAN
Tidak ada penataksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase
G. PATOFISIOLOGI
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik.Adanya benda asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya : keganasan ( Karsinoma Karsinoid )
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982).
INSIDEN
Appendiksitis sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama terjadi kecuali pada usia pubertas.Dan usia 25 tahun lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 3 : 2.
PENCEGAHAN
Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat.Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya gangren,perforasi dan peritonitis.

PRIORITAS MASALAH
1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appenditomi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.
4. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan
secara oral
RENCANA KE PERAWATAN
1.Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi

TUJUAN
Nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :
-tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat
1. Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat
2. Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler
3.Dorong ambulasi dini
4.Berikan aktivitas hiburan
5. Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika

RASIONAL
1.Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karakteristik nyeri.
2. Menghilangkan
tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang
3. Meningkatkan kormolisasi fungsi organ
4. meningkatkan relaksasi
5. Menghilangkan nyeri

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri

TUJUAN
Toleransi aktivitas dengan kriteria :
-klien dapat bergerak tanpa pembatasan
-tidak berhati-hati dalam bergerak

INTERVENSI
1. catat respon emosi terhadap mobilitas
2.Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien
3. Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif
4. Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan

RASIONAL
1.Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan
2. Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan
3. Memperbaiki mekanika tubuh
4. Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.

3.Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi

TUJUAN
Infeksi tidak terjadi dengan kriteria :
-tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

INTERVENSI
1. Ukur tanda-tanda vital
2. Observasi tanda-tanda infeksi
3. Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
4. Observasi luka insisi

RASIONAL
1. Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
2. Deteksi dini terhadap infeksi akan mempermudah dalam
3. Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
4. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasuka n cairan secara oral

TUJUAN
Kekurangan volume cairan tidak terjadi

INTERVENSI
1.Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh
2.Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
3.Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena

RASIONAL
1.Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan pengganti.
2.Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi
3.Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi ginjal

Daftar Pustaka

1. Barbara Engram, Askep Medikal Bedah, Volume 2, EGC, Jakarta
2. Carpenito, Linda Jual, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, 2000, Jakarta.
3. Doenges, Marlynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi III, EGC, 2000, Jakarta.
4. Elizabeth, J, Corwin, Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
5. Ester, Monica, SKp, Keperawatan Medikal Bedah (Pendekatan Gastrointestinal), EGC, Jakarta.
Peter, M, Nowschhenson, Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula. Bina Aksara Jakarta

Posting Komentar