ad

Aquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS )

AIDS merupakan singkatan dari Aquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.Dalam bahasa Indonesia dialihkan sebagai sindrom cacat kekebalan tubuh dapatan.(Depkes RI,1997) Cara transmisi HIV ditransmisikan dengan cara terbatas,antara lain melalui kontak seksual,komponen darah,dan secara perinatal.(Peter dan Esther,1997) HIV telah diisolasi dari sejumlah cairan tubuh,termasuk darah,saliva,urin,cairan serebrospinal,dan keringat.Virus HIV seringkali menginfeksi sel limfosit T helper (juga dikenal dengan nama T4+,CD4+,OKT4+).Walupun begitu temuan tersebut tidak berarti bagi kesehatan.Tidak ada bukti yang menyatakan bahwakontak dengan saliva atau air mata penderita dapat menyebabkan seseorang terinfeksi.(Richard dan Borucki,1997) Kegiatan dan/atau perilaku yang dianggap mempunyai resiko tinggi dan seringkali adahubungannya dengan infeksi HIV antara lain hubungan seksual melalui vagina dan atau hubungan seksual melalui anal serta kegiatan seksual lainnya yang potensial dapat menyebabkan seseorang terinfeksi oleh HIV.Kegiatan seksual lain yang mungkin dapat menyebabkan terjadinya infeksi HIV antara lain : (1) Anilingus:menginduksi hubungan intim di daerah anal dengan menggunakan lidah. (2) Cunnilingus: menginduksi hubungan intim di daerah vagina/klitoris dengan menggunakan lidah(resiko lebih tinggi saaat menstrulasi) (3) Fellatio:menginduksi hubungan intim padadaerah genital pria dengan menggunakan lidah dan penghisapan (resiko lebih tinggi bila ejakulasi terjadi di dalam mulut) (4) Fisting:memasukan atau meletakan tangan,kepalan tangan,ataupun lengan bawah ke dalam rektum atau vagina (5) Urolagnia:menginduksi hubungan intim dengan cara mengeluarkan urin ke dalam kulit (lebih berisiko bila terdapat luka terbuka pada kulit,oral,vagina,atau rektum) (6) Memakai benda-benda seks pada rektum dan/atau vagina (7) Bergantian menggunakan jarum suntik dan penggunaan yang sering pada pecandu obat (8) Penderita hemofillia dan mereka yang menerima transfusi darah terutama sebelum pertengahan tahun 1985 (9) Transmisi ibu-janin: wanita yang terinfeksi HIV menularkan HIV ke janin yang dikandungnya bak saat dalam kandungan maupun saat melahirkan (25% dari 35% kasus). Kegiatan dan/atau perilaku yang dianggap mempunyai resiko rendah dan seringkali tak ada hubungannya dengan infeksi HIV antara lain: (1) Transmisi okupasi: dari bukti yang terkumpul dapat disimpulkan bahwa tenaga kesehatan mempunyai resiko kecil terhadap tansmisi okupasi(misalnya melalui jarum suntik) (kurang dari 0.4% atau 1:200). (2) Kontak yang tak disengaja: tidak ada bukti yang menyatakan bahwa AIDS atau HIV dapat ditransmisikan melalui udara,makanan,air,cairan muntahan,arthrooda(nyamuk),atau melalui kontak yang tak disengaja (misal berpelukan atau berciuman). Imunologi Imunitas merupakan respon adaptif yang normal.Sistem imun ini melindungi tubuh dari invasi mikroba dan mencegah terjadinya proliferasi sel yang mengalami mutasi seperti yang terjadi pada pertumbuhan neoplasma.(Borucki,1997) Saat ini pengetahuan mengenai sistem imun semakin meningkat melalui pengalan-pengalaman almi yang diperoleh dari individu yang mendapat gangguan pada sistem kekebalan tubuhnya baik itu yang diperoleh karena faktor herediter maupun karena kelainan kongenital.Dari pengalan-pengalaman tersebut diketahui bahwa perkembangan respon imun yang normal dapat terjadi dua perlengkapan senajata yang bekerja secara paralel,yang pertama Humoral dan yang lain adalah Seluler.Pengertian Humoral dan Seluler menyatakan bahwa sistem imun humoral bekerja melalui antibodi dan sistem imun seluler melaui sel di mana sebagian sel tersebut adalah sel T yang bersifat sitotoksik.(Borucki,1997) Kedua persenjataan tersebut pada awalnya tergantung pada sel-sel untuk mengenali,memproses,dan mempresentasikan antigen-antigen asing.Antigen-presenting-cells (APCs) ini biasanya berasal dari monosit/atau makrofag dan mempunyai cara yang unik dalam mengenali dan memberikan reaksi terhadap berbagai antigen asing yang sebelumnya tidak dikenal.Antigen APCs sangat unik karena mereka dapat berrespon terhadap berbagai antigen asing.APCs menfagositosis antigen asing (bakteri,virus,parasit,sel-sel tumor,jaringan yang ditransplantasikan),memproses antigen tersebut kemudian memperlihatkan antigen tersebut pada permulaan sel mereka sehingga sel-sel respon imun yang lainnya (sel-sel B dan T) dapat mengenali antigen-antigen ini sebagai antigen asing .Setelah matang,sel B dan sel T akan mengenali antigen tersebut secara spesifik dan hanya bekerja menghadapi antigen itu saja.Kedua sel tersebut dapat saja berespon terhadap antigen yang mirip tetapi sama sekali tidak akan berespon terhadap antigen yang sangat berbeda dengan antigen target mereka.Kemampuan respon imun tubuh untuk mengenali berbagi macam antigen kemudian tergantung pada skenario yang diatas yang diulang terus-menerus sehingga tubuh mengenali setiap antigen asing yang baru.(Borucki,1997) Sekali terstimulasi oleh interaksi APC,antigen asing dan berbagi macam modulator imun (interferon dan interleukin),sel-sel B mengalami transformasi dan membelah diri dalam proses ekspansi klonal.Selama proses maturasi berlangsung sel-sel B menjadi sel-sel plasma yang membawa imunoglobulin spesifik (suatu antibodi yang disingkat menjadi Ig atau Ab) pada permukaan selnya dan bila terangsang akan mensekresi imunoglobulin disekitar lingkungannya.Sel-sel plasma mungkin masih tetap belum bekerja selama respon awal sampai permukaan imunoglobulin mereka (surface imunoglobulins: sIg) berjumpa dengan antigen asing.Permukaan imunoglobulin sel-sel plasma dan imunoglobulin yang disekresikan bereaksi terhadap antigen yang sama.(Borucki,1997) Secara keseluruhan,antibodi yang diketahui terdiri dari lima kelas yaitu IgG,IgM,IgA,IgD,dan IgE.Sebagian besar imunoglobulin yang bersirkulasi ke dalam darah adalah dari kelas IgG dan empat subkelasnya yaitu IgG1,IgG2,IgG3,dan IgG4.IgA disebut juga secretory Ab) merupakan imunoglobulin yang dominan berada di air liur,bronkus,dan bagian tubuh lain yang mensekresi mukus.Setelah mereka mengalami pemaparan pertama dengan satu antigen,imunoglobulin dari kelas IgM secara khusus muncul terlebih dahulu kemudian secara cepat diikuti oleh respon sekunder yang sama dengan ditunjukkan oleh antibodi dari kelas IgG.Kelas IgM merupakan antibodi dengan masa hidup yang pendek yaitu sekitar 6 enam bulan,sedang IgG mempunyai masa hidup yang lebih lama,biasanya sampai beberapa tahun.Pola kemunculan IgM yang timbul terlebih dahulu baru kemudian diikuti oleh IgG sering kali digunakan sebagai alat bantu dalam diagnostik,karena IgM akan muncul diawal proses infeksi akut dan hanya terdeteksi pada waktu yang pendek.IgD merupakan komponen terbesar dari imunoglobulin permukaan (sIg) sel B,dan IgE merupakan imunoglobulin efektor pada saat terjadi reaksi hipersensitivitas tipe 1 (immediate,alergi,anafilaksis).(Borucki,1997) Respon imun seluler lebih bersifat komplek dan melibatkan komponen tiga macam populasi sel-sel T yang berbeda dengan fungsi yang berbeda pula yaitu helper kemudian supresor dan sitotoksik.Fungsi sel T helper dan supresor adalah membantu mengatur aktifitas respon efektor cell-mediated.(Borucki,1997) Sel helper bekerja dengan meningkatkan atau memeprluas agresifitas respon cell-mediated (CMI).Penggolongan sel-sel T seringkali didasarkan pada penanda yang dibawa oleh sel tersebut dipermukaannya.Adanya penanda permukaan ini mengingatkan adanya fungsi yang berbeda pada subpopulasi dari sel-sel T;sebagai contoh,sebagian besar sel-sel T dengan aktifitas helper secara fenotip adalah sel-sel CD4.Sel-sel CD4 kemudian mewakili subpopulasi dari sel mediated respon imun.(Borucki,1997) Virus penyebab imunodefisiensi pada manusia beriaktan dengan CD4 (OKT4) pada permulaan sel-sel CD4+ secara progresif terinfeksi oleh HIV,dan fungsi sel helper yang penting secara bertahap menghilang.HIV juga menginfeksi monosit atau makrofage,sel-sel yang mempresentasikan antigen dan selanjutnya memperlemah respon imun untuk bereaksi terhadap antigen-antigen baru (neoantigens) dengan mengganggu aktifitas sel-sel CD4 dan APC yang sangat penting dalam respon terhadap neoantigen.(Borucki,1997;20) Sel-sel CD4 yang dapat ditekan tanpa adanya infeksi HIV,infeksi oleh virus serupa,atau karena sebab-sebab lain kondisi ini disebut limfositopenia TCD4+ Idiopatik atau ICL.ICL mempunyai sifat yang heterogen dalam hal pengaruhnya terhadap berbagai macam populasi dan menunjukkan maifestasi klinik yang berbeda ,kedua sifat tadi membuat ICL tidak sama dengan infeksi HIV dan AIDS.(Borucki,1997) Etiologi dan Patogenesis Human immunodefisiciency virus dianggap sebagai virus penyebab AIDS.Virus ini termasuk dalam famili retroviridae.(Borucki, 1997;23) Nama retroviridae atau retrovirus diberikan pada jenis virus ini karena kemampuannya yang unik untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reserve transkripse,cara ini meruapakan kebalikan dari proses transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein).Walupun pada awalnya retrovirus dididentifikasi keganasan,tetapi pada saat ini semakin jelas hubungannya dengan berbagai penyakit degeratif seperti AIDS.Retrovirus secara umum dibagi menjadi dua kelas yaitu transforming retroviruses (onkogenik) dan non transforming retroviruses (lentivirus).(Borucki,1997) Bila dibandingkan dengan virus-virus yang lain,retrovirus sukar berpindah dari satu pejamu ke pejamu yang lainnya.Ketidakmampuan untuk berpindah ini mencerminkan labilitas yang besar pada virion.Semua jenis retrovirus dapat diinaktivasi dengan mudah oleh deterjan dalam kadar ringan,pemanasan ringan,pengeringan serta cairan dengan pH rendah,sedang atau tinggi.Oleh karena itu transmisi virus ini diperkirakan tidak dapat terjadi melalui kontak fisik kecuali bila terkena darah atau cairan tubuh lainnya (seperti saat terjadinya hubungan seksual),maupun dari ibu ke janin yang dikandungnya.Kebanyakan infeksi retrovirus termasuk HIV didahului oleh suatu periode laten yang berlangsung selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun.Periode laten yang panjang ini sudah harus diduga terjadi pada virus yang cara transmisi utamanya adalah vertikal atau kontak intim,karena virus yang membunuh pejamunya sebelum dapat ditransmisi tidak adapat bertahan hidup lama di alam.(Borucki,1997) Hasil studi terakhir menyebutkan bahwa pada periode laten di mana replikasi HIV dalam darah rendah ,replikasinya pada jaringan limfoid,termasuk kelenjar limfe,limpa,tonsil,dan adenoid,sangat tinggi.(Borucki,1997) Selanjutnya,dari bukti epidemologi awal pada penderita AIDS diperkirakan adanya agen yang dapat dipindahkan mungkin dalam bentuk virus,terutama semenjak diketahui bahwa cara transmisinya diketahui sama dengan virus hepatitis B yaitu melalui kontak seksual dan pertukaran darah dan produknya melalui transfusi.Hilangnya fenotip sel T CD4 secara perlahan dan selektif juga diperkirakan karen kemampuan afintas yang besar pada sel jenis ini. (Borucki,1997) Keluarga Retroviridae pada manusia diketaui bersifat leukemogenik sel T dan menyebar melalui kontak yang dekat (terutama kontak seksual) dan/atau produk darah,maka dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis retrovirus baru yang diperkirakan yang diperkirakan sebagai agen penyebeb AIDS.Hampir dalam waktu yang bersamaan dua kelompok peneliti,yang satu berasal Perancis diketahui oleh Luc Montagnier dan kelompok peneliti lain yang berasal dari Amerika,di bawah pimpinan pimpinan Robert C. Gallo mengisolasi retrovirus yang berasal dari penderita yang menderita AIDS.Kelompok peneliti dari Perancis menamai virus tersebut Lymphadeno associated virus (LAV),sedangkan Gallo menamai virus tersebut HTLV-III karena sebelumnya telah terindentifikasi retrovirus leukemogenik pada sel T lain yaitu,HTLV-1 dan HTLV-II.Kedua virus tersebut pada akhirnya dinyatakan sebagai agen yang identik dan melalui kesepakatan bersama disebut sebagai human immunodeficiency virus-1(HIV-1 atau HIV).Virus HIV kedua yang menyebabkan penyakit dengan spektrum yang sama telah berhasil diisolasi dan disebut dengan HIV-2.Angka kejadian dari penyakit yang disebabkan oleh virus HIV-2 ini di Amerika Serikat tercatat sangat jarang terjadi.(Borucki,1997;26) Genom dari HIV mempunyai persamaan yang sangat erat dengan retroviridae lainnya dan terorganisasi dalam tiga segmen pemberi kode yaitu kelompok segmen yang mempunyai komponen protein antigen (the group associated antigen protein components : GAG),mantel pembungkus (the envelope:ENV),dan segmen polimerasi (POL).Virus HIV mempunyai kemampuan tambahan yang dapat memberikan kode untuk komponen pengatur,termasuk fungsi positif (memperbesar) dan fungsi negatif (menghambat).(Borucki,1997) Gen HIV-ENV memberiakan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD) yang kemudian membelah menjadi bagian 120-kD (eksternal) dan 41-kD (transmembranosa).Keduanya merupakan glikosilat;glikoprotein 120 (gp120) yang berikatan dngan CD4 dan mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu perlekatan virus dengan sel target; Glikoprotein 41(gp41) mungkin saja terlibat dalam perlekatan antara sel terinfeksi sel sehat dan dalam pembentukan sinsitium.Antibodi yang terbentuk karena adanya kedua glikoprotein ini sangat khas terdapat dalam darah penderita yang terjangkit infeksi HIV.(Borucki,1997) Protein-protein GAG merupakan komponen struktural utama dari virus ini.salah satu dari prtein-protein tersebut yaitu jenis protein 24-kD,p24,dapat ditemukan pada serum penderita yang menunjukan proses infeksi dan perkembangbiakan virus sedang berlangsung denagn aktif.dari data-data yang terkumpul diperkirakan adanya antigen ini pada serum penderita menandakan bahwa prognossis yang lebih buruk.Pada Penderita yang terinfeksi oelh virus HIV,di dalam peredaran darahnya akan ditemukan antibodi sebagai akibat adanya satu atau lebih protein-protein GAG.Antibodi-antibodi yang bekerja melawan komponen-komponen GAG atau ENV inilah yang diperiksa sewaktu dilakukan skrening darah dengan cara ELISA.(Borucki,1997) Gen POL bekerja memberikan kode genetik untuk tiga komponen utama yaitu reserve transcriptase (RT),protease (PR) dan integrase (IN).Komponen pertama yaitu RT disebut demikian karena bukanya mentranskripsikan DNA menjadi RNA seperti skenario pada umumnya,tetapi justru mengubah virus RNA menjadi DNA,peristiwa inilah yang disebut transkripsi terbalik.Karena sel-sel pejamu manusia tidak memerlukan proses sepeti ini,maka proses transkripsi terbalik yang unik ini menjadi suatu cara yang berguna untuk pengobatan. (Borucki,1997) Penyakit HIV akan diderita seumur hidup,tindakan-tindakan yang cukup keras harus diambil untuk mencegah penyebaran yang cepat dari virus tersebut.Hal yang perlu diingat adalah tidak semua orangnya yang menderita infeksi virus HIV akan langsung menunjukkan gejala-gejala klinik,sehingga transmisi dapat terus terjadi saat penderita masih dalam periode asimtomatik.Individu yang mempunyai resiko untuk memperoleh infeksi HIV dan mereka yang tercatat pernah menderita penyakit hubungan seksual lain perlu mendapatkan konseling mengenai pentingnya pemeriksaan HIV.Jika individu pada akhirnya menyetujui untuk dilakukan pemeriksaan maka pemberian konseling setelah pemeriksaan pada individu tersebut sangat dianjurkan walaupun hasilnya negatif.(Borucki,1997) Klasifikasi,Gejala,dan Tanda klinis Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengklasifikasikan HIV/AIDS tergantung pada patofisiologi penyakit akibat peningkatan defisit imun dan penurunan fungsi.Klasifikasi HIV/AIDS adalah sebagai berikut : (1)Group I; infeksi akut,seperti gejala flu dan tes antibodi terhadap HIV negatif. (2)Group II (Asimtomatis); tes antibodi terhadap HIV positif,tidak ada gejala-gejala dan laboratorium yang mengarah ke HIV/AIDS (3)Group III (Simtomatis); tes antibodi terhadap HIV Positif,dan terjadi pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persisten generalized lymphadenopathy) (4)Group IVA; tes antibodi terhadap HIV positif,dan terjadi penyakit konstitusional (demam atau diare yang persisten,penurunan berat badan lebih 10% dari berat badan normal) (5)Group IVB; sama dengan group IVA disertai adanya penyakit neurologi,dementia,neurophati,dan myelophati. (6)Group IVC; sama dengan group IVB disertai sel CD4 < 200 mm,dan terjadi infeksi opurtunistik. (7)Group IV-D; sama dengan group IVC disertai terjadi tuberkulosis paru,kanker servikal yang invasif,dan keganasan yang lain. Cara Pencegahan Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan AIDS,belum ada vaksin yang dapat mencegah terjadinya AIDS,dan belum ada metode yang terbukti dapat menghilangkan infeksi karier HIV.(Lyons& Valentine,1997)Karena alasan ini,segala usaha harus dilakukan untuk mencegah AIDS dengan cara : (1) Hindarkan hubungan seksual di luar nikah dan usahakan hanya berhubungan dengan satu pasangan seksual,(2)Pergunakan kondom,terutama bagi kelompok perilaku resiko tinggi,(3)Seorang ibu darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV hendaknya jangan hamil ,karena bisa memindahkan virusnya kepada janin yang dikandungya,(4)Orang-orang yang tergolong pada kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya tidak menjadi donor darah,dan (5) Menggunakan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti; akupuntur,jarum tatto,jarum tindik,dll hendaknya sekali pakai dan harus terjamin streilitasnya.(Depkes,2002). Pemeriksaan Diagnostik Untuk HIV Ada dua pemeriksaan yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV.Yang pertama adalah ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay),bereaksi terhadap antibodi yang ada adalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih tua jika terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar.Pemeriksaan ELISA mempunyai mempunyai sensitifitas 93% sampai 98% dan spesifitasnya 98% sampai 99% Kuhnl,1985).Tetapi hasil positif palsu (atau negatif palsu) dapat berakibat luar biasa,karena akibatnya sangat serius.Oleh sebab itu,pemeriksaan ELISA diulang dua kali,dan jika keduanya menunjukkan hasil positif,dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih spesifik,yaitu Western blot.Pemeriksaan Western blot juga dilakukan dua kali.Pemeriksaan ini lebih sedikit memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu.Jika seseorang telah dipastikan mempunyai seropositif terhadap HIV,maka dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik untuk menilai keadaan penyaki,dan mulai dilakukan usaha untuk mengendalaikan infeksi.(Price & Wilson,1995)

0 comments:

Posting Komentar