ad

Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang terjadi di rumah sakit atau infeksi oleh kuman yang dapat selama berada di rumah sakit (Zulkarnain I, 1998 ). Infeksi nosokomial tidak saja menyangkut penderita tetapi juga yang kontak dengan rumah sakit termasuk staf rumah sakit, sukarelawan, pengunjung dan pengantar. Suatu Infeksi dikatakan di dapat rumah sakit apa bila : 1)Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut. 2)Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut. 3) Tanda-tanda klinik tersesut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak dimulainya perawatan. 3)Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya. 4)Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah terdapat tanda-tanda infeksi dan dapat dibuktikan infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial (Hasbullah T, 1992). Cara penularan Infeksi Nosokomial Macam-macam penularan infeksi nosokomial bisa berupa : 1)Infeksi silang (Cross Infection) Disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. 2)Infeksi sendiri (Self infection,Auto infection) Disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan kejaringan lain. 3)Infeksi lingkungan (Enverenmental infection) Disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit. Misalnya : lingkungan yang lembab dan lain-lain (Depkes RI 1995). Menurut Jemes H,Hughes dkk yang dikutip oleh Misnadiarli 1994 tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu : 1)Kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien 2)Kontak tidak langsung ketika obyek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh perawatan luka paska operasi. 3)Penularan cara droplet infection dimana kuman dapat mencapai keudara (air borne). 4)Penularan melalui vektor yaitu penularan melalui hewan/serangga yang membawa kuman. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi pada dasarnya terjadi karena interaksi langsung maupun tidak langsung antara penderita (host) yang rentan mikroorganisme yang infeksius dan lingkungan sekitarnya (Environment). Faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan saling berhubungan disebut rantai infeksi sebagai berikut : 1)Adanya mikroorganisme (Agent) yang infeksius mikroba penyebab infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur maupun parasit. Penyebab utama infeksi nosokomial biasanya bakteri dan virus dan kadanga-kadang jamur dan jarang oleh parasit. Peranannya dalam infeksi nosokomial tergantung antara lain dari patogenesis atau virulensi dan jumlahnya. 2)Adanya portal of exit/pintu keluar. Portal of exit mikroba dari manusia biasanya melalui satu tempat, meskipun dapat juga dari beberapa tempat. Portal of exit yang utama adalah saluran pernapasan, daluran cerna dan saluran urogenitalia. 3)Adanya porta of entry / Pintu masuk Tempat masuknya kuman dapat melalui kulit, dinding mukosa, saluran cerna, saluran pernafasan dan saluran urogenitalia. Mikroba yang terinfesius dapat masuk ke saluran ceran melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi seperti: E.coli, Shigella. Mikroba penyebab rubella dan toxoplasmosis dapat masuk ke host melalui placenta. 4)Terdapatnya cara penularan. Penularan atau transmission adalah perpindahan mikroba dari source ke host. Penyebaran dapat melalui kontak, lewat udara dan vektor. Cara penularan yang paling sering terjadi pada infeksi nosokomial adalah dengan cara kontak. Pada cara ini terdapat kontak antara korban dengan sumber infeksi baik secara langsung, tidak langsung maupun secara droplet infection. 5)Penderita (host) yang rentan. Masuknya kuman kedalam tubuh penderita tidak selalu menyebabkan infeksi. Respon penderita terhadap mikroba dapat hanya infeksi subklinis sampai yang terhebat yaitu infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian. Yang memegang peranan sangat penting adalah mekanisme pertahanan tubuh hostnya. Mekanisme pertahana tubuh secara non spesifik antara lain adalah kulit, dinding mukosa dan sekret, kelenjar-kelenjar tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh yang spesifik timbul secara alamia atau bantuan , secara alamia timbul karena pernah mendapat penyakit tertentu, seperti poliomyelitis atau rubella. Imunitas buatan dapat timbul secara aktif karena mendapat vaksin dan pasif karena pemberian imuneglobulin (Serum yang mengandung antibodi). Lingkungan sangat mempengaruhi rantai infeksi sebagai contoh tindakan pembedahan di kamar operasi akan lebih kecil kemungkinan mendapatkan infeksi luka operasi dari pada dilakukan ditempat lain. ( Wirjoadmodjo B 1993 ). Selain pembagian faktor-faktor diatas, infeksi nosokomial juga dipengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen. Faktor endogen adalah faktor yang ada didalam tubuh penderita sendiri antara lain umur, jenis kelamin, daya tahan tubuh dan kondisi lokal. Faktor eksogen adalah faktor dari luar tubuh penderita berupa lamanya penderita dirawat, kelompok yang merawat, lingkungan, peralatan tehnis medis yang dilakukan dan adanya benda asing dalam tubuh penderita yang berhubungan dengan udarah luar (Roeshadi Joko,1991). Kondisi-kondisi yang mempermudah terjadinya Infeksi nosokomial Infeksi nosokomial mudah terjadi karena adanya beberapa keadaan tertentu : 1.Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya orang sakit/pasien, sehingga jumlah dan jenis kuman penyakit yang ada lebih penyakit dari pada ditempat lain. 2.Pasien mempunyai daya tahan tubuh rendah, sehingga mudah tertular. 3.Rumah sakit sering kali dilakukan tindakan invasif mulai dari sederhana misalnya suntukan sampai tindakan yang lebih besar, operasi. Dalam melakukan tindakan sering kali petugas kurang memperhatikan tindakan aseptik dan antiseptik. 4.Mikroorganisme yang ada cenderung lebih resisten terhadap antibiotik, akibat penggunaan berbagai macam antibiotik yang sering tidak rasional. 5.Adanya kontak langsung antara pasien atau petugas dengan pasien, yang dapat menularkan kuman patogen. 6.Penggunaan alat-alat kedokteran yang terkontaminasi dengan kuman (Farida Betty, 1999) Sumber infeksi nosokomial dapat berasal dari pasien, petugas rumah sakit, pengunjung ataupun lingkungan rumah sakit. Selain itu setiap tindakan baik tindakan invasif maupun non invasif yang akan dilakukan pada pasien mempunyai resiko terhadap infeksi nosokomial. Adapun sumber infeksi tindakan invasif (operasi) adalah : 1.Petugas : -Tidak/kurang memahami cara-cara penularan -Tidak/kurang memperharikan kebersihan perorangan -Tidak menguasai cara mengerjaklan tindakan -Tidak memperhatikan/melaksanakan aseptik dan antiseptik -Tidak mematuhi SOP (standar operating procedure) -Menderita penyakit tertntu/infeksi/carier 2.Alat : -Kotor -Tidak steril -Rusak / karatan -Penyimpangan kurang baik 3.Pasien: -Persiapan diruang rawat kurang baik -Higiene pasien kurang baik -Keadaan gizi kurang baik (malnutrisi) -Sedang mendapat pengobatan imunosupresif 4.Lingkungan -Penerangan/sinar matahari kurang cukup -Sirkulasi udarah kurang baik -Kebersihan kurang (banyak serangga, kotor, air tergenang) -Terlalu banyak peralatan diruangan -Banyak petugas diruangan (Farida Betty, 1999. hal:11) Penyabab Infeksi nosokomial Mikroorganisme penyebab infeksi dapat berupa : bakteri, virus, fungi dan parasir, penyebab utamanya adalah bakteri dan virus, kadang-kadang jamur dan jarang disebabkan oleh parasit. Peranannya dalam menyebabkan infeksi nosokomial tergantung dari patogenesis atau virulensi dan jumlahnya. Patogenesis adalah kemampuan mikroba menyebabkan penyakit, patogenitas lebih jauh dapat dinyatakan dalam virulensi dan daya invasinya. Virulensi adalah pengukuran dari beratnya suatu penyakit dan dapat diketahui dengan melihat morbiditas dan derajat penularan, Daya invasi adalah kemampuan mikroba menyerang tubuh. Jumlah mikroba yang masuk sangat menentukan timbul atau tidaknya infeksi dan bervariasi antara satu mikroba dengan mikroba lain dan antara satu host dengan host yang lain (Wirjoatmodjo B, 1993). Yang perlu diperhatikan dalam pencegahan Infeksi nosokomial luka Operasi : 1.Sebelum masuk rumah sakit -Pemerikasaan dengan pengobatan pasien untuk persiapan operasi agar dilakukan sebelum pasien masuk/dirawat di rumah sakit. -Perbaikan keadaan pasien, misalnya gizi, penyakit DM. 2.Sebelum operasi Pasien operasi dilakukan dengan benar sesuai dengan prosedur, misalnya pasien harus puasa, desinfeksi daerah operasi, klimas dan lain-lain. 3.Pada wantu operasi -Semua petugas harus mematuhi peraturan kamar operasi. -Bekerja sesuai SOP (standar operating procedur) -Perhatikan wantu/lama operasi. 4.Paska operasi Perhatikan perawatan alat-alat Bantu yang terpasang sesudah operasi seperti : kateter, infus, dan lain-lain (Farida Betty, 1999)

1 comments:

Anonim mengatakan...

Tolong donk d jelasin juga "Patogenesis infeksi nosokomial kuman oportunis"

Posting Komentar